Pemilu
2004 memang masih jauh. Namun, atmosfir politik nasional mulai marak dan saling
menabuh genderang perang. PKB kubu Alwi Shihab misalnya, nampak berusaha mengkonsolidasikan
dirinya secara serius, ini terlihat dari usaha intensif yang dilakukan untuk
menetralisir konflik berkepanjangan dengan kubu PKB Matori Abdul Jalil. Sudah
barang tentu kalau konflik antar dalam (intern) PKB ini dapat cepat
terselesaikan akan lebih mudah bagi mereka
mengkonsentrasikan diri menuju Pemilu 2004.
Partai Golkar yang saat ini sedang
gonjang-ganjing dengan Akbargate yang diduga menilap dana Rp.40 milyar dari
Bulog juga nampak terus pula mengkonsolidasikan diri. Terlebih saat ini mereka
sangat gencar melobi partai besar di DPR untuk “menyelamatkan” Akbar sang Bos.
Perkembangan terakhir bila saja PDIP
turut mendukung PKB dan Poros Tengah untuk membentuk Pansus Akbargate, maka
pastilah sangat merugikan posisi Golkar.
Implikasi dari sikap PDIP yang akan
mendukung dibentuknya Pansus ini sempat memancing reaksi Golkar yang menyatakan
akan menarik dukungannya terhadap kabinet Mega-Hamzah. Bahkan Syamsul Muarif
menyatakan bila memang Golkar menarik dukungannya, dirinya siap mundur dari kabinet,
juga Rini Suwandi (Jawa Pos,9/1).
Dukungan
politis terhadap Mega-Hamzah di tengah krisis yang masih ruwet ini tentu tetap
sangat diperlukan oleh keduanya. Ini berarti tanpa dukungan Golkar jalannya
pemerintahan Mega akan sedikit terganggu terutama dalam mensosialisasikan
beberapa policy. Lebih jauh jika Golkar tidak dalam lingkaran kabinet sikapnya
tentu akan lebih keras dan kritis. Yang jelas jika benar demikian maka antara
Golkar dan PDIP akan saling tarik pengaruh dengan partai lainnya dan berusaha
mencari titik-titik krusial, baik dalam arti positif maupun negatif___yang
bukan tidak mungkin menimbulkan gesekan baru. Dalam kaitan ini banyak pakar
politik menyarankan agar etika politik ditegakkan guna menghindari
gesekan lebih keras antar partai.
Sementara yang juga tak kalah menarik
fenomena konflik PPP saat ini. Sejak munculnya PPP Reformasi yang sangat kritis
terhadap Hamzah, partai ini seolah “gamang” terhadap konstituennya. Kendati
demikian Hamzah sangat yakin bahwa goyangan itu belum merupakan bara api,
sehingga dianggap belum terlalu serius, sejauh ini Hamzah tetap yakin konflik
ini dapat diselesaikan. Beberapa pengamat politikpun berkeyakinan partai
berlambang ka’bah ini tak akan tersandung oleh gerakan PPP Reformasi. Bagi
penulis yang menarik dari PPP adalah banyaknya jumlah mantan petinggi militer
yang bergabung baru-baru ini. Kehadiran mereka patut dikritisi, ada apa
gerangan, strategi apa yang akan di mainkan?
Melemahkan Poros Tengah ?
Banyaknya jumlah mantan petinggi
militer bergabung ke PPP memang harus dilihat sebagai fenomena tersendiri, apa
target politik mereka serta strategi apa yang akan dimainkan. Kalau kita mau
sedikit menghubungkan dengan kekuatan Poros Tengah masa lalu nampaknya hal ini
bisa dijadikan sebagai prediksi awal, pasti mereka akan berupaya menampilkan
energi dan potensi dirinya.
Para
petinggi yang masuk PPP ini bukan mustahil akan turut mempengaruhi bargaining
position pada 2004 nanti, betapa tidak mereka sudah cukup memiliki
pengalaman, dan disamping ada juga hal-hal yang menurut mereka mengkhawatirkan
bila arah politik tak terkendali. Di sinilah mereka juga ingin menunjukkan jati
dirinya.
Menurut salah seorang pakar politik,
ada indikasi para petinggi ini akan mencegah Poros Tengah terlalu dikendalikan
Amien Rais, apalagi jika misalnya sampai mencalonkan Amien Rais sebagai
presiden. Ada beberapa alasan kuat
mengapa mereka harus mencegah Amien, misalnya sikap Amien yang sangat kritis
terhadap militer di masa lalu (terutama Orba); juga berkat Amien dan kekuatan
Poros Tengah arah politik nasional menjadi seperti sekarang ini. Kesemua itu
menjadi alasan dan bukan mustahil turut mempengaruhi kekuatan Poros Tengah yang
lebih concern kepada Islam. Jika hal ini terjadi bukan tidak mungkin
pula mereka (militer) menjadi punya ruang untuk menerobos masuk melalui pintu
PPP ini membelokkan arah Poros Tengah khususnya dan reformasi umunya.
PKB akan bujuk PDIP gabung
Jika
memang para mantan petinggi militer itu menjadi kekuatan yang dapat
mempengaruhi bargaining position, maka ini juga akan melicinkan jalan
PKB dan PDIP untuk unjuk kekuatan.
Selama pemerintahan Mega, PKB
bersikap relatif lunak terhadap pemerintah, terkesan PKB ingin “memelihara”
hubungan baik mereka di masa lalu, sekaligus berharap dengan itu mereka akan
dapat menuai (semacam konsesi) agar PDIP
bersedia berkoalisi terutama dalam menggolkan siapa yang akan maju menjadi
Presiden 2004.
Dari kalkulasi yang ada, kekuatan politik di 2004 nanti
relatif hampir sama dengan kekuatan Pemilu lalu. Poros Tengah akan tetap solid
kecuali bila militer dapat berperan lebih besar mungkin agak berbeda. Sementara
Golkar ibarat menunggu bola liar dan siap menembak ke arah gawang bila ada
kesempatan. Golkarpun akan berupaya mencari pasangan berkoalisi, namun melihat
platformnya, partai ini akan cenderung wait and see lebih dahulu.
Berbeda dengan PKB dan PDIP yang
platform partainya agak sama serta relatif dapat disatukan, yang menjadi soal
“figur” yang tampil tetap menjadi perhitungan dapat atau tidak mereka
berkoalisi. Melihat pemilu nanti, Presiden akan dipilih secara langsung (atau
dua tahap) tak pelak lagi persaingan memperebutkan koalisi antar partai akan
seru. Yang patut diingat melihat perkembangan partai-partai yang ada saat ini,
visi politisinya masih sangat berjangka pendek (sempit) dan belum dewasa,
sehingga jangankan bersaing ke luar partai di intern partai sendiri mereka akan
tetap gontok-gontokkan demi kepentingan sesaat. Untuk itulah andai saja
partai-partai ini dapat meredam konflik internnya, niscaya akan lebih mudah bagi mereka untuk berorientasi ke depan.
Pertanyaannya kapankah politisi kita lebih dewasa, bervisi jauh demi bangsa dan
negara.
Kesimpulan
Pemilu
2004 masih cukup jauh, berarti masih cukup waktu bagi masing-masing partai
untuk mempersiapkan langkah yang paling strategis. Yang jelas dalam konteks
Poros Tengah (PPP,PAN,PK,PBB) yang lebih cenderung berpihak pada konstituen
Islam, jika masih ingin diperhitungkan menghadapi kekuatan PDIP, Golkar dan
PKB, konflik intern partai harus segera dituntaskan. Lebih dari itu komitmen
terhadap konstituen masing-masing yang dulu pernah dijanjikan berupa membasmi
KKN, berpolitik lebih beretika harus dibuktikan. Tanpa itu jangan-jangan
konstituen “mutung” sehingga memilih
lari meninggalkan Anda.
Wallahualam bissawab.
Ditulis Oleh : Unknown ~ Amierul El Neymar JR
Sobat sedang membaca artikel tentang Poros Politik Menuju Pemilu 2004. Dan terimakasih atas kunjungan sobat. Oleh Admin : Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar