BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setiap pemimpin perusahaan selalu menginginkan penjualan
barang daganganya dibayar secara tunai. Namun, di lain pihak, penjualn secara
kredit justru akan memberi peluang untuk peluasan pasar sehingga dapat
menambah laba usaha, meski hal ini juga bukan tanpa resiko. Biasanya
keberhasilan suatu perusahaan dilihat dari segi financialnya, yaitu seberapa
besar laba yang di peroleh dari hasil usahanya. Sehingga setiap perusahaan
berlomba-lomba menaikan besaran profit yang didapatnya. Namun untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, suatu perusahaan harus mengoptimalkan segala kegitan
dalam perusahaan tersebut, baik itu produksi, pemasaran maupun penjualannya.
Masalah yang umum dihadapi perusahaan ialah penagihan
piutang yang telah jatuh tempo tidk selalu daapat diselesikan seluluhnya. Jika
keadaan itu terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka modal
perusahaaan akan semakin kecil. Dengan begitu penagihan piutang perlu
mendapat perhatian dan penanganan serius agar resikoyang mungkin timbul dapat
dihindari sekecil mungkin. Dalam hal ini, pimpinan seharusnya juga turut aktif
mengelola penagihan piutang agar tidak sampai menghambat operasi
atau kegiatan perusahaan.
B. Rumusan Masalah
a)
Apa yang dimaksud dengan piutang?
b)
Apa saja runag lingkup menejemen piutang?
c)
Apa saja faktor yang mempengaruhi manajemen piutang?
C. Tujuan
Penulisan
a)
Untuk mengetahui dan memahami pengertian piutang.
b)
Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup menejemn
piutang.
c)
Untuk mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi
manajemen piutang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Piutang
Menurut Anton M. Samosir mengartikan bahwa piutang sebagai
unsure modal kerja yang selalu berputar menurut siklus perusahaan normal.
Sedangkan menurut Indriyo, piutang dipakai dalam arti yang sempit, yaitu hanya
menunjukkan tagihan yang akan dilunasi degan uang.[1]
Sehingga piutang dapat diartikan sebagai tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan
datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Walaupun pada dasarnya semua
perusahaan dagang atau industri menginginkan penjualan cash, tetapi karena
adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lainnya dilakukan
penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit akan dapat meningkatkan omset
penjualan, akan tetapi memiliki resiko tertundanya penerimaan kas, sehingga
membutuhkan investasi yang lebih besar. Selain itu dapat juga mengakibatkan
kerugian karena menunggak atau bahkan tidak tertagih. Semakin lama piutang
tertunggak akan semakin besar investasi yang dibutuhkan.
Piutang, salah satu jenis transaksi akutansi yang mengurusi
penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu
organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen
tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan
membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang
akan dibayar dalam suatu tenggat waktu yang disebut termin kredit atau
pembayaran. Piutang- piutang dapat
digologkan atas:[2]
1. Piutang Usaha (trade receivabel)
Piutang
usaha merupakan segala tagihan dari penjualan barang-barang atau jasa yang
dilakukan secara kredit oleh perusahaan. Jika tagihan itu didukung oleh tagihan
tertulis oleh debitor kepada perusahaan untuk membayar pada suatu tanggal
tertentu, piutang tersebut adalah piutang wesel.
2. Piutang lain-lain (non trade
receivabel)
Piutang
lain-lain merupakan tagihan yang tidak berasal dari penjualan barang maupun
jasa dalam kegiatan normal perusahaan, dalam hal ini posisi piutang dalam
siklus aktiva lancar menurut Bambang Riyanto adalah sebagai berikut:
Kas Inventory
Piutang Kas
Dari
gambar diatas, bahwa piutang timbul sebagai akibat penjualan barang atau
inventory dan mempunyai posisi dekat degan kas, degan demikian piutang juga
merupakan investasi.
B.
Ruang Lingkup Menejemen Piutang
·
Kebijaksanaan kredit standar kredit/kualitas rekening yang diterima, jangka
waktu/periode kredit yang diberikan, discount/potongan tunai yang diberikan
untuk pembayaran yang lebih awal.
·
Kebijaksanaan pengumpulan piutang, dan faktor-faktor lain yang relevan.
·
Keputusan kredit ini menyangkut tradeoff antara keuntungan(marginal
profit) dan biaya tambahan (marginal cost) yang disebabkan oleh
perubahan dalam salah satu atau kombinasi elemen-elemen tersebut.[3]
C.
Faktor yang Mempegaruhi Jumlah Investasi Dalam Piutang
Menurut Bambang
Riyanto, Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam Piutang
adalah:[4]
a. Volume
penjualan kredit,
semakin besar volume penjualan kredit, makin besar investasi yang tertanam
dalam Piutang. Artinya perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar
dalam piutang, dan meski beresiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan
semakin besar.
b. Syarat
pembayaran (termin), semakin lama masa kredit, semakin besar invesatasinya.
Syarat penjualan kredit dapat bersifat keta tatau lunak tergantung pada kondisi
perusahaannya. Umumnya sarat pembayaran
yang ketat tampak dari batasan waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan
bunga yang berat untuk pembayaran piutang yang lambat.
c. Ketentuan
tentang pembatasan kredit, perusahaan dapat menentukan batas maksimal (palfon) bagi
kredit, batasan kredit dapat berupa kuantitatif (plafon kredit, semakin besar
plafon kredit perpelanggan makin besar investasi yang diperlukan) dan
kualitatif (selektif terhadap pelanggan kredit, makin ketat seleksi akan
semakin memperkecil investasi dalam piutang).
d. Kebijakan
dalam penagihan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat aktif (menggunakan debt
collector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya
pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji,
maka resiko tertunggaknya piutang lebih besar.
Perusahaan
juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan
ini ditempuh degan cara:
Ø Memungut secara langsung
Ø Member peringatan degan mengirim
surat kepada pelanggan
e. Kebiasaan
membayar pelanggan,
apabila sebagian besar pelanggan membayar pada masa diskon, maka membutuhkan
investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada hari ke 30 atau
bahkan menunggak, perlu invstasi yg besar
D.
Piutang Tak Tertagih
Untuk memperbesar volume penjualan, banyak perusahaan melakukan transaksi penjualan secara kredit disamping
penjualan secara tunai. Ini akan menimbulkan piutang bagi perusahaan yang
melakukan piutang tersebut. Biasanya pembatasan terhadap jumlah penjual kredit
bergantung pada bonafiditas pembeli.
Piutang yang diberikan kepada
pelanggan diharapkan dapat tertagih pada waktu jatu tempo. Tapi, adakalnya
piutang tidak dapat ditagih kembali. Artinya, rencana investai tidak dapat
terealisasi. Sebagai pedoman untuk menentukan bahwa piutang benar-benar tidak
tertagih, dapat digunakan hal-hal sebagai berikut:[5]
1.
Bila failisemen pelanggan telah
selesai dan tidak ada lagi bagian harta yang diterima untuk pelunasan piutang,
2.
Bila usaha pelangga terhenti,
pelangan menghilang tanpa diketahui alamatnya tau meninggal dunia tanpa
meninggalkan harta.
3.
Nila penagihan dibatasi karena
adanya peraturan khusus.
4.
Bila saldo piutang sudah lama
terbuka dan surat hilang tidak pernah dibahas
5.
Bila agen atau badan perantara
inkaso mampu lagi menagihnya.
Piutang yang kurang meyakinkan
untuk dapat ditagih harus dicadangkan penghapusannya, sedangkan piutang yang
sudah dianggap tidak tertagih sama sekali akan dihapuskan seluruhya sebagai
beban biyaya penghapusan piutang ragu-ragu atau membebani penghapusan piutang.
E.
Langkah-langkah Pencegahan Resiko Tidak Tertagihnya Piutang.
Langkah-langkah
pembayaran piutang tak tertagih sebgai berikut ini:[6]
Ø Penentuan besarnya resiko yang akan
ditanggung perusahaan, hal ini ditentukan atas dasar pengalamanpengalaman
tahun-tahun sebelumnya. Misalnya resiko ditetapkan 10% dari piutang, jika
perusahaan berencana meningkatkan penjualan dengan Rp 100.000 dan akan
menyebabkan tambahan biaya Rp 50.000, maka tambahan keuntungannya adalah
sebesar
Rp
40.000(100.000-50.000-(10%x100.000))
Ø Kemampuan debitur memenuhi
kewajibannya, hal ini dapat diukur dengan likuiditas dan rentabilitas. Selain
itu perlu dipertimbangkan “soliditas”:
- soliditas komersiil, kejujuran debitur/direkturnya dalam memenuhi kewajibannya tepat pd waktunya.
- solidits finansiil, memiliki modal kerja yang cukup dalam memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya
- soliditas moril, sifat-sifat dan moril yang baik dari debitur/direkturnya.
- Membuat klasifikasi kredit tiap pelanggan, hal ini dapat digunakan daftar analisis umur piutang (aging schedule) sehingga diketahui sejarah kredit tiap-tiap pelanggan.
- Mengadakan seleksi calon pelanggan, berdasar sejarah kredit dapat ditentukan pelanggan mana yang dapat ditambah plafon kredit, diturunkan, atau tetap.
Ø Membuat
klasifikasi kredit tiap pelanggan, hal ini dapat digunakan daftar analisis umur
piutang (aging schedule) sehingga diketahui sejarah kredit tiap-tiap pelanggan.
Ø Mengadakan
seleksi calon pelanggan, berdasar sejarah kredit dapat ditentukan pelanggan
mana yang dapat ditambah plafon kredit, diturunkan, atau tetap
F.
Penilaian dan
Pencegahan Resiko Kredit
Resiko kredit adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang
telah diberikan kepada para langganan. Oleh karena itu banyak perusahaan yang
berusaha mengurangi resiko kredit dengan memperhatikan lima “C” sebelum
memberikan persetujuan kredit.[7]
- Character, penilaian yang menyangkut kejujuran, kemungkinan dari para pelanggan secara jujur berusaha memenuhi kewajibannya.
- Capacity, pendapat subjektif mengenai kemampuan pelanggan. Ini diukur dari record tahun sebelumnya, atau dengan observasi fisik pada pabrik dan toko pelanggan.
- Capital, diukur oleh posisi finansial perusahaan secara umum, dimana hal ini ditunjukkan dengan analisis ratio finansiil, khususnya ditekankan pada “tangible networth” perusahaan.
- Collateral, dicerminan dari aktiva yang dijaminkan bagi keamanan kredit.
- Conditions, menunjukkan pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap perusahaan atau perkembangan khusus dalam bidang ekonomi yang mempengaruhi efek terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.
Pencegahan resiko kredit dapat bula dilakukan degan cara
sebgai berikut:
1. Mencari informasi tentang mental
kepribadian, penilaian diperoleh berdasarkan pandagan masyarakat serta
pengalaman yang telah ada.
2. Mencari informasi tentang kemapuan
keuangan, informasi ini diperoleh melalui laporan keuangan dalam bentuk neraca,
laporan laba rugi serta laporan lain yang menggambarkan posisi keuangan
perusahaan dan hasil yang telah dicapai.
3. Mencari informasi tentang jalannya
perusahaan, dalam hal ini posisi keuagan perusahaan sekarag ini apakah masi
bisa dipertahankan untuk masa mendatang.
4. Menetapkan kebijakan setahap demi
setahap, dalam hali ini lebih memudahkan untuk mengotrol keadaan perusahaan.
5. Membatasi jumlah piutang yang akan
diberikan kepada pelanggan.
6. Meminta barang jaminan, brang
jaminan baik berupa barang atau Bank Garantie, akan lebih menjamin piutang yang
diberi. Namun, perlu dipertimbangkan juga biyaya penyimpanan barang jaminan
tersebut dan prakteknya tidak selau mudah dilakukan.
7. Seleksi terhadap Verkooper atau agen, ada kalanya
kemacetan piutang berasal dari pihak perusahaan itu sendiri karena terjadi
permasalahan Internal. Sehingga penagihan tidak tepat pada waktunya.
G.
Budget Pengumpulan Piutang
Dalam pengumpulan piutang, pimpinan
semestinya aktif menagih agar piutang yang telah jatuh tempo dapat mengalir ke
dalam kas perusahaan tepat waktu dengan jumlah yang telah ditentukan. Cash
inflows dari hasil penjualan secara kredit tidak dapat dikatan sebagai arus
kas sebelum dibayar pada saat pemabayaran. Oleh karena itu pedoman penyusunan
yang didasarkan pada atas budget pengumpulan piutang mempunyai arti penting di
dalam merencanakan cash inflows.
Untuk memberikan suatu gambaran dari
budget pengumpulan piutang, perhatikan contoh berikut:
a.
Budget pengumpulan piutang disusun berdasarkan penjualan
Budget Penjualan
Bulan penjualan
|
Jumlah penjualan
|
Juli
Agustus
September
|
Rp. 28.000,00
Rp. 35.000,00
Rp. 42.000,00
|
b.
Syarat pembayaran ditetapkan 3/2 net 30
c.
Rencana penjualan didasarkan atas taksiran akhir bulan
d.
Berdasarkan pengalaman cara pembayaran pelanggan:
1)
60% dari penjualan setiap bulan terkumpul dalam waktu 20
hari sesudah bulan penjualan.
2)
30% terkumpul dalam waktu setelah 20 hari dalam bulan
yang sama, yaitu bulan pertama sesudah bulan penjualan.
3)
10% terkumpul dalam bulan kedua sesudah bulan penjualan.
Dari data di
atas dapat disusun jadwal sebagai berikut:
PT. “ABC”
Jadwal pengumpulan piutang
Juli s/d September 2002
Waktu penjualan
|
Taksiran penjualan
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
Juli
Agustus
September
|
Rp. 28.000,00
Rp. 35.000,00
Rp. 42.000,00
|
Rp. 24.696,00
-
-
|
Rp. 2.800,00
Rp. 30.870,00
-
|
-
Rp. 3.500,00
Rp. 37.044,00
|
Jumlah piutang yang terkumpul setiap bulan
|
|
Rp. 24.696,00
|
Rp. 33.670,00
|
Rp. 40.544,00
|
Catatan :
a.
Penerimaan piutang dalam bulan agustus
·
60% x Rp.
28.000.........................................................................
= Rp. 18.800,00
Potongan tunai
= 3% x Rp. 16,800............................................... = Rp. 504,00
Jumlah
penerimaan bulan agustus................................................ = Rp.
16.296,00
·
30% terkumpul dalam waktu 10 hari
Terakhir = 30%
x Rp. 28.000 ...................................................... = Rp. 8.400,00
Jumlah
penerimaan bulan Agustus .............................................. = Rp.
24.696,00
b.
Penerimaan piutang dalam bulan september
·
10% terkumpul dari sisa penjualan bulan Juli =
10% x Rp.
28.000,00.................................................................... =
Rp. 2.800,00
·
60% x Rp. 35.000,00
................................................................... = Rp.
21.000,00
Potongan tunai
= 3% x Rp. 21.000,00 ........................................ = Rp. 630,00
·
30% terkumpul dalam waktu 10 hari terakhir =
30% x Rp.
35.000,00 ................................................................... =
Rp. 10.500,00
= Rp. 30.870,00
Jumlah
penerimaan bulan september ........................................... = Rp.
33.670,00
c.
Penerimaan piutang dalam bulan oktober
·
10% terkumpul dari sisa penjualan bulan Agustus =
10% x Rp.
35.000,00 ................................................................... =
Rp. 3.500,00
·
60% x Rp. 42.000,00
................................................................... = Rp.
25.200,00
Potongan tunai
3% x Rp. 25.200,00..............................................= Rp. 756,00
= Rp. 24.444,00
·
30% terkumpul dalam 10 hari terakhir =
30% x Rp.
42.000,00 ................................................................... =
Rp. 12.600,00
= Rp. 37.044,00
Jumlah
penerimaan bulan oktober ............................................... = Rp.
40.544,00
Dari tabel
diatas diperoleh perhitungan sebagai berikut:
·
Agustus akan terkumpul piutang sebesar Rp. 24.696,00
·
September akan terkumpul piutang sebesar Rp. 33.670,00
·
Oktober akan terkumpul piutang sebesar Rp. 40.544,00
Jadi, itulah
jumlah cash inflows untuk bulan agustus, september, dan oktober.[8]
BAB III
PENUTUB
A. KESIMPULAN
Piutang adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan
datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Piutang, salah satu
jenis transaksi akutansi yang mengurusi penagihan konsumen yang berhutang pada
seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan
yang telah diberikan pada konsumen tersebut.
Ruang lingkup menejemen piutang adalah:
·
Kebijaksanaan kredit standar kredit/kualitas rekening yang diterima, jangka
waktu/periode kredit yang diberikan, discount/potongan tunai yang diberikan
untuk pembayaran yang lebih awal.
·
Kebijaksanaan pengumpulan piutang, dan faktor-faktor lain yang relevan.
·
Keputusan kredit ini menyangkut tradeoff antara keuntungan(marginal
profit) dan biaya tambahan (marginal cost) yang disebabkan oleh
perubahan dalam salah satu atau kombinasi elemen-elemen tersebut.
Resiko kredit adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang
telah diberikan kepada para langganan. Oleh karena itu banyak perusahaan yang
berusaha mengurangi resiko kredit dengan memperhatikan lima “C” sebelum
memberikan persetujuan kredit. Lima C yaitu: Character, Capacity, Capital,
Collateral dan Conditions.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam
Piutang adalah:
·
Volume penjualan kredit.
·
Syarat pembayaran (termin).
·
Ketentuan tentang pembatasan
kredit.
·
Kebijakan dalam penagihan piutang.
·
Kebiasaan membayar pelanggan.
DAFTAR PUSTAKA
Manullang.
2005. Pengantar Menejemen Keuangan. Jokjakarta: Andi
Syamsuddin, Lukman. 2007. Menejemen Keuangan Perusahaan.
Jakarta: PT Raja Grafindo
http://sepnazyik.wordpress.com/makalah-pendidikan/manajemen-piutang/
[1] Manullang. 2005.
Pengantar Menejemen Keuangan. Jokjakarta: Andi. Hal: 36
[2] Ibid., Hal: 37
[5] Manullang. 2005.
Pengantar Menejemen Keuangan. Jokjakarta: Andi. Hal: 40
[6] http://sepnazyik.wordpress.com/makalah-pendidikan/manajemen-piutang/,
diakses tanggal 13 Nopember 2012. Pukul 11.45
Ditulis Oleh : Unknown ~ Amierul El Neymar JR
Sobat sedang membaca artikel tentang Makalah Tentang Manajemen Piutang. Dan terimakasih atas kunjungan sobat. Oleh Admin : Sobat diperbolehkan mengcopy paste atau menyebar-luaskan artikel ini, namun jangan lupa untuk meletakkan link dibawah ini sebagai sumbernya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar